Ketika melihat anak melukai diri sendiri pasti Bunda merasa sedih dan khawatir. It’s okay to not be okay. Memang menjadi orang tua itu tidak mudah dan banyak tantangannya. Aku juga pernah mengalami fase di mana anaku Juna suka memukul dan membenturkan kepalanya ke tombok. Peluk online untuk Bunda supaya kuat. Bunda pasti bertanya-tanya kenapa ya anak suka memukul dan membenturkan kepalanya sendiri. Bunda harus sedikit tenang dulu dan jangan panik karena balita yang suka memukul dan membenturkan kepalanya ternyata adalah hal yang wajar. Meski begitu tentu harus kita cegah karena bisa melukai anak. Apa yang harus dilakukan ketika melihat anak melukai dirinya sendiri? Cari tahu alasan anak suka memukul dan membenturkan kepalanya sendiri dan simak cara mengatasinya.
Cari Tahu Penyebab Balita Memukul dan Membenturkan Kepalanya Sendiri
Pada tahap perkembangannya balita akan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan mencoba melakukan berbagai hal. Tapi ada kemungkinan karena masih ada keterbatasan bahasa anak balita belum bisa mengutarakan keinginannya. Balita juga ingin bermain dengan orang tuannya dan berbagai cara dilakukan untuk mencari perhatian orang tua.
Ketika anak balita melukai dirinya sendiri seperti memukul atau membenturkan kepalanya coba bunda perhatikan apakah ada hal yang memicu anak melakukannya? Apakah anak marah karena sesuatu misalnya mainannya diambil atau dilarang melakukan sesuatu? Atau ayah dan bunda sedang sibuk dengan hp dan anak ingin diperhatikan sehingga anak mencari perhatian dengan melukai dirinya. Karena kemampuan bahasa anak masih terbatas jadi anak bisa saja melakukan beberapa hal seperti menangis, tantrum atau melukai dirinya untuk menunjukan perasaannya ke orang tua.
Lalu bagaimana cara menghadapi anak balita yang sedang memukul atau membenturkan kepalanya ke tembok? Pertama-tama kita harus segera mencegah anak melukai dirinya, bisa dengan memegang tangan anak, menggendong anak, atau memeluknya. Setelah tahu alasan anak melukai dirinya sendiri Bunda akan lebih mudah untuk mengatasinya.
Pada anaku Juna sepertinya dia merasa kurang diperhatikan. Memang waktu itu Juna jam tidurnya sedang kacau. Malam-malam dia bangun duluan dan mungkin kurang perhatian karena aku dan suami masih tidur. Walaupun akhirnya aku bangun menemani Juna tapi dia keliatan lebih sensitif dan gampang marah apabila dilarang-larang. Dan marahnya dia membenturkan kepalanya atau memukul-mukul kepalanya. Kalau dibiarkan main sendiri juga tiba-tiba dia sering membenturkan kepalanya atau memukul-mukul kepalanya.
Peluk Anak, Berikan Perhatian Lebih, dan Validasi Perasaannya

Beberapa anak mungkin punya cara berbeda untuk meluapkan emosinya seperti menangis, tantrum, dan ada juga yang melukai diri sendiri. Tentu melukai diri sendiri bukan cara yang baik untuk meluapkan emosi. Kita harus memvalidasi perasaan anak supaya anak tahu kalau kita mengerti yang anak rasakan. Dan juga memberi penjelasan kalau tidak boleh melukai diri sendiri.
“Adek marah ya? Adek boleh marah tapi nggak boleh memukul ya nanti adek sakit.”
Bunda mungkin akan merasa lelah karena harus terus mengulang-ulang memberi tahu anak apa yang tidak boleh. Tapi begitulah Bun, kita harus sabar dan memberi tahu anak berulang kali dengan begitu lama-lama anak akan mengerti. Orang tua harus tegas tapi tidak boleh kasar ke anak. Tentu prosesnya tidak lah mudah ya. Bunda hebat jika bisa sabar.
Alihkan Perhatian Anak dan Lebih Bersabar Menghadapi Anak
Ajak anak melakukan kegiatan lain seperti bermain dengan bunda atau jalan-jalan ke luar. Awalnya aku juga panik dan stress melihat anak mulai suka melukai dirinya. Lebih lelah sudah pasti karena harus lebih mengawasi, memperhatikan, dan terus-terusan memberi penjelasan ke anak kalau tidak boleh melukai diri sendiri. Tapi aku terus menguatkan diri dan meyakinkan diri kalau aku harus bersabar juga mencoba mengerti kalau anak sedang dalam masa membutuhkan perhatian lebih dari orang tuanya.
Selama 2 minggu aku mencoba lebih memperhatikan anak dan perlahan dia mulai berkurang kebiasaan memukul dirinya sendiri. Dan akhirnya sekarang setelah satu bulan anaku sudah tidak pernah memukul dan membenturkan kepalanya. Dia juga jadi lebih ceria dan tidak melukai dirinya kalau marah. Bahkan menurutku dia jadi lebih sabar, ceria dan tidak mudah crangky. Aku juga jadi lebih tenang dan sadar ternyata kesabaranku sudah membuahkan hasil.
Bunda punya pengalaman menghadapi anak yang suka memukul atau membenturkan kepalanya tidak? Mungkin Bunda bisa bagikan tips lain untuk menghadapi masalah anak yang suka melukai dirinya. Dan semoga pengalaman yang aku bagikan ini bermanfaat ya.